kemaren temenku ngirim sebuah cerita (eleh eleh) dan pas aku baca ternyata aku tambah kangen sama dia T_T
Dan ini lah sepenggal cerita itu
DIFFERENT, BUT WE ARE TRUE FRIENDS
Oleh: Pameta Filsa
Persahabatan tak mengenal status, fisik, ras ataupun kepercayaan.Seperti persahabatanku dengan Risty.Aku mengenalnya sejak kami masuk di SMA yang sama. Kami mengikuti ekstrakurikuler teater bersama, dan darisitulah kami mulai dekat.Sampai kenaikan kelas 2, kami satu kelas dan satu bangku.Kami sangat berbeda. Aku cenderung bergaya feminim, sedangkan dia sedikit tomboy. Dia seorang katolik sedangkan aku muslim, tetapi hal itu tidak menimbulkan pemikiran yang bertolak belakang diantara kami. Tiap pelajaran agama islam, Risty pasti keluar kelas. Namun pernah juga ia mengikuti pelajaran agama islam.
Aku sangat menyayanginya. Sangat nyaman dan mengesankan jika bersamanya. Sebab Risty tak pernah membicarakan keburukan orang lain. Risty juga tak pernah ‘ember’ jika menyimpan rahasia yang kuceritakan. Tak pernah ia mengeluh. Ia pasti selalu ‘welcome’ padaku jika ingin berkeluh kesah. Bahkan tak jarang ia memberikan saran dan solusi atas masalah yang kuceritakan padanya. Dia sahabat sejatiku sampai kapanpun.Sehari-hariaku dan Risty belajar dan bermain bersama.Ia teman seperjuanganku dalam menuntut ilmu. Risty cukup pandai dalam hal matematika, tak sepertiku yang sangat lemah pada pelajaran hitungan. Dengan sabar iapun selalu mengajariku sampai bisa. Jika kita dihadapakan pada soal-soal yang sulit, kami selalu selesaikan bersama.
Sampai lulus SMA, kami masuk di perguruan tinggi yang berbeda.Aku melanjutkan studiku di salah satu Perguruan Tinggi di Jogja, sedangkan dia mengambil jurusan kedokteran gigi di salah satuUniversitas Negeri di Purwokerto.Padahal aku ingin kami bisa bersama satu kota lagi. Kalau bisa satu Perguruan Tinggi sehingga kami bisa terus bersama dalam berjuang dan berkarya. Tapi mungkin ini takdir. Yang terpenting persahabatan kita tak akan pernah putus walau jarak dan waktu memisahkan.
Kadang aku merindukannya. Kalau sudah begitu komunikasi lewat cyber ataupun telepon menjadi obat bagi penawar rindu lami. Jika pulang kampung, kusempatkan untuk bertemu dia. Namun pertemuan itu tak menjadikan kami puas. Selalu ada kerinduan yang teramat dalam mengingat kenangan-kenangan kami bersama sewaktu SMA yang takkan tergantikan sampai kapanpun.
Aku menyayanginya seperti saudaraku sendiri. Perbedaan bukanlah masalah, karena perbedaan itulah semua menjadi indah. Bagiku semua manusia adalah saudara, meskipun berbeda suku, adat maupun kepercayaan kita sama-sama diciptakan oleh Tuhan untuk saling membantu dan mengasihi di atas planet biru ini.
Jogja, 20 Januari 2012
Untuk kawanku, kawan SMAku dan selamanya.
***
Jadi terharu bacanya,KALO uda gini pasti langsung ngawang2 jaman SMA dulu
Baginya,persahabatan itu sangat indah dan dgn perbedaan yg ada...itu akan memperindah hubungan persahabtan
Pameta FS